12 persen pengguna percaya bahwa perangkat mereka terinfeksi setelah mengunjungi situs mencurigakan; flash disk USB milik orang lain, perangkat terinfeksi lainnya, dan instalasi aplikasi berbahaya yang tersamarkan sebagai program resmi yang masing-masing berkontribusi sebesar 8 persen sebagai penyebab infeksi. Sementara 7 persen responden lainnya dari survei mengatakan bahwa perangkat mereka terinfeksi setelah membuka lampiran surel. Uniknya, jawaban terbanyak, sebesar 13 persen, tidak dapat menjelaskan mengapa perangkat mereka dapat terinfeksi malware.
4 dari 5 infeksi secara signifikan menyebabkan masalah bagi korban. Yang paling sering (35% dari keseluruhan kasus), pengguna menyadari bahwa performa komputer mereka melambat, 30 persen responden mengalami banjir iklan yang tidak diinginkan (misalnya, browser mengarahkan mereka ke situs yang tidak diinginkan) dan 20 persen responden menemukan program yang tidak diinginkan di perangkatnya.
Di antara semua dampak-dampak negatif di atas, yang paling berbahaya adalah perubahan dalam browser atau pengaturan sistem operasi tanpa sepengetahuan si pengguna (17%), kerugian (10%) atau pencurian data pribadi (8%), publikasi tanpa izin atau ‘like’ di media sosial (9%) dan peretasan webcam (6%). “Biaya dan efek tak menyenangkan dari sebuah infeksi malware dapat dihindari. Contohnya, jangan menghubungkan USB yang tidak terverifikasi pada perangkat, hanya gunakan toko aplikasi resmi, menjaga sistem operasi dan aplikasi up to date dan scan data-data dengan program sekuritas sebelum membukanya,” jelas Elena Kharchenko, Head of Consumer Product Management, Kaspersky Lab.
Sumber : http://selular.id/UEP9Bt
Advertisement